Saturday, June 26, 2010

Liking Maher Zain to the max



Allahi Allah kiya karo
Dukh na kisi ko diya karo
Jo duniya ka malik hai
Naam ussi ka liya karo.
Allah hee Allah
Allahi Allah kiya karo
Dukh na kissi ko diya karo
Jo duniya ka malik hai
Naam usi ka liya karo.
Allahi Allah
Just like a sunrise cant be denied
Oh, just like the river will find the sea
O Allah, Youre here and Youre always near
And I know without a doubt
That You always hear my prayer
Such ki raah pay chala karo
Dukh na kisi ko diya karo
Jo duniya ka malik hai
Naam ussi ka liya karo.
Allah hee Allah..
Allah hee Allah kiya karo
Dukh naa kisi ko diya karo
Jo duniya ka malik hai
Naam usi ka liya karo.
Allah hi Allah
So many bright stars
Like diamonds in the sky
Oh, it makes me wonder
How anyone can be blind
To all the signs so clear
Just open your eyes
And I know without a doubt
You will surly see the light
Aisa zulm na kiya karo
Dukh na kisi ko diya karo
Jo duniya ka malik hai
Naam usi ka liya karo.
Allah hee Allah
Allah he Allah kiya karo
Dukh na kisi ko diya karo
Jo duniya ka malik hai
Naam ussi ka liya karo.
Allah Hi Allah Kiya Karo Dukh Na Kissi Ko Diya

Friday, June 25, 2010

Jit

His name was Abdul Aziz Ahmad. He was my cousin, the son of Abah's younger sister. He was a year older than me. Jit and I grew up together as our houses were just a walking distance away.

Jit was like a brother. I have two elder brothers and the two of them will always ganged up against me and I was the youngest for close to 7 years, no other sibling to turn to, Jit was always there for me. Jit was everybody's favourite. Loved by everyone.

Jit was present at all the important events in my life and I was in his. My leaving home for MRSM, my leaving home for KL, my leaving home for Australia and all my homecomings. His leaving home for Al-Arqam, his engagement, his wedding and his first born. I went home as often as I could when he was sick. But I was not there on his final day, the day he left all of us behind. Mak, abah, my younger brothers, my nephews and my sister were in KL. He left us all in 1993, and left his only daughter Asma' orphaned at 2 years of age.

Asma' is coming home from Jordan today. I promised to see her at 5 at KLIA, unfortunately, I am overbooked. As I was driving to work just now, I was thinking of Asma' and plan to tell Udden, my no 1 nephew to go see her and make sure she checked in for he flight to AS safely. I won't be able to see her until I go back to AS next week. That was how I came to thinking about Jit.

I have always wonder how my life would turn out to be had Jit still be around. I never have anybody that I can talk to and tell everything to, other than Jit. And since he left, I have never actually "talked" to anyone. I know, its not good to berkalau as there is no point to it at all. But I still wonder. Sometimes when I want to make a certain big decision, I would always ask myself, what would Tok say about this and what would Jit think about this. Ever since I tendered my resignation, the two of them were constantly on my mind. I know that if Jit is still around,he would support my decision and would support whatever I want to do with my life and he would even support me financially, if I ever needed it.

As for Asma', although we are not close since her mother remarried and and she moved away with her, she will always have a special place in my heart. Just because she is Jit's daughter. Not many people will understand this, especially my younger siblings as they never knew how close Jit was to me.

Al fatihah buat Jit dan doa Adik semoga Allah swt tempatkan Jit bersama-sama orang-orang yang solihin. Amin.

Thursday, June 24, 2010

Syair Perahu ~ Hamzah Fansuri

Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.

“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

~ Hamzah Fansuri

Wednesday, June 23, 2010

Betul-betul

Pagi tadi Maknjang dengar rancangan motivasi pagi kat Radio Ikim. Ini memang rancangan kegemaran Maknjang pada pukul 7:30 pagi setiap hari. Kalau boleh Maknjang will try not to miss it. Kandungan motivasi pagi ini amat menarik pada pandangan Maknjang. Sinopsisnya adalah seperti berikut.

Jika kita ingin berjaya, kita perlulah membuat kerja yang betul dengan betul-betul. Membuat kerja yang betul adalah mengikut SyariatulLah, iaitu:-

1. Wajib - jangan ditinggalkan
2. Haram - mesti dijauhkan
3. Sunat - patut dilakukan
4. makruh - hendaklah dijauhkan
5. Harus - jika dibuat, jadikan ia sebagai ibadah. This is interesting. I never thought about it this way. I mean, I always thought, if it is perkara yang harus, just do it or don't do it lah. No hal. But if you niatkan sebagai ibadah, even perkara harus boleh mendapat pahala, not just the wajibs and the sunats. For instance, makan is harus, niat sebagai ibadah, kalau tak makan, tak ada tenaga untuk mengerjakan yang wajib dan yang sunat. Senaman is harus, but if niatkan senaman untuk tingkatkan kesihatan demi untuk dapat beribadah dengan sempurna, dah jadi satu ibadah. Oh, the beauty of Islam.

So buat kerja yang betul iaitu dengan menurut syariatuLLah. Dan bila buat kerja yang betul, buatlah betul-betul, dengan mengikut sunatuLLah or hukum Allah or hukum alam like gravity, ada siang, ada malam. all those things lah. So how to buat kerja yang betul, betul-betul? Say for instance you plant crops and you pray to Allah for hasil yang baik, that is kerja yang betul. But if you did not do it betul-betul, i.e. ensuring that your crops get enough water, enough sun, free from pests... sunatuLlah is, in order for crops to grow, they need enough water, sun, nutrients etc, mana dak ada hasil, correct.

The thing about sunatuLlah is, Einstein maybe the one who discovered gravity, f=ma or
e=mc2 but Allah yang dah aturkan semuanya begitu.


So takat tu sajalah yang Maknjang ingat.


Wallahhu'alam

Tuesday, June 22, 2010

Another Chapter Is Closed

Last night I went to clean up the apartment in SD, the one I have been renting for the last 5 years (with the help of 2 bibiks) and pick up the last few items left.

I finally locked the door of another life I am leaving behind. I was expecting to feel kinda sad but surprisingly, I do not feel anything at all. Perhaps because I have never felt connected to the place, spending most of my time at my sister's since before they moved to BJ, when they used to stay in the next block.

Before leaving SD, I went to a hardware store to duplicate some keys for the ASSociation. The store was near to the house I stayed for more than 10 years before I moved to the apartment. The owners remarked that I looked familiar so I told them that I was among their first customers. We moved in to the area around the same time in 1995. After chit-chatting for a while, the husband asked me what I am doing for a living so I told them that I am moving back home and going to semi retirement. He said I am too young to retire so I asked him, how old does he think I am and he said 30 plus; hmmmm.... he has not seen my uban, that's why! When I told him I am 44 they did not believe me until I have to show them, no, not my uban, but my IC. he he he... I like.

Everybody I talked to about me moving home with my parents (and being single) all agreed that I am doing the right thing. Including this couple. They said, duit bila-bila buleh cari. I am not trying to justify my action, I knew from the beginning that this is the right thing to do but getting affirmations from total strangers just makes me feel all so much better.

In another Act on a different Stage - I have written a letter and a proposal and have handed them over, yesterday. Claiming that I have just gave him a headache, he went home. I hope he read it until the last page. I am anxiously waiting for the response so that I can close another chapter of my life.

I heard on the radio today:-

Apa yang kita perlu buat, tak semestinya kita suka buat dan apa yang kita suka buat, tak semestinya kita perlu buat. So, less wayang please Maknjang and more ibadat!

With that I shall end my post for this Tuesday.

Sunday, June 20, 2010

Overwhelmed!

That was an understatement.

I was in the state of speechlessness for a few days now.

It is true, it matters not what other people think of you, what matters most is how you see yourself. But sometimes knowing how people felt and looked at you and how you affect their lifes do warm the heart.

The thing is, despite me saying over and over again that I hate farewell dos, especially if I were to be in the center of it, I mean seriously, are you that happy to see me go that you have to celebrate it with a bang, seriously?.. the staffs still insisted on having one. What to do, takkan nak menghampakan peminat, I obliged but on a certain condition. I explained to the "organisers" of how I felt about this farewell thing and why I do not want it in the first place. I have to make them understand why I am leaving and I do not want to have to be in an awkward situation and I do not want them to face the consequences later. I know this company. I know the people in it. Just trust me on this.

It was going to be a surprise party to "raikan perpisahan" with Hajjah Maknjang. Again, I can't help but smile, I knew they did not meant it that way, but it still sounded funny. You have to agree with me. I was not trying to be cocky. Believe me, that was not what I was trying to do. If I came across that way, I truly apologise. I started suspecting that something is harbouring when people started asking whether I will be in the office on a certain date and time. Which I can't promise them that I will. Lucky for them, I came upfront and asked, because I was not in the office the day the surprise were to be held, otherwise they would the surprised ones!

The day was Thursday, 17 June 2010, the time 6:30pm and the place was D'Dusun Seafood, not far from the office. You understand why it is not held in the office, don't you?. I was expecting to just eat-eat and then bye-bye. I was preparing myself only for that. When I got there and saw the set-up, man!!! I should have prepared a speech and then words started playing in my brain and I was not concentrating on the whole do. It stated with the MC saying tributes to me complete with pantuns, I was truly amazed at the details they went through to throw me a great farewell.This is not something they decided to do on a spur of a moment thing. This is something well planned. The COO was called and said a few words about me and then handover farewell gifts to me, another surprise. What the COO said will be remembered for a long long time. I have never had anybody say anything nice to me, especially from the higher management. All these years, all I heard are just sarcasm, sadistic remarks and harsh words. When he said that there is one thing he truly admired about me and he should not have waited until the time I was leaving to say it.. my heart went boom, boom boom. I mean, how can this man, I mean if you know him, you would understand this, this guy who just keeps his cool, mind his own business all the time admire me, I mean even if it just for one thing. Seriously! This guy is so cool, water freezes around him, okay, that is how cool he is. I have never seen him lose his temper, ever and I have known him for more than 15 years. I, on the other hand, lost my tempers on an hourly basis. And yet he admire me for my "tenangness" comparing my tolerance level with his. He said he has never met anyone with a higher threshold of pain than him until he got to know me. He said he admires me for being so tenang in facing what came my way, may it be tremors, earthquakes or turbulences. hmmm... thank you THMA, you made my day, my year, even.

Doas were read and then tada! Hajjah Maknjang was called to say a few words. I do not know what I said but I am pretty sure its the thing I have always been saying to them all these years. Buat kerja dengan ikhlas and jangan gaduh-gaduh sesama sendiri. Do not envy others. Stay true to yourselves and make sure they earn a halal rezeki, this is my trademark speech, in every meetings and every gatherings. And just before makan, they surprised me with two birthday cakes. That is 14 days too early but, thank you! I think that would be the only birthday celebration I will be having this year, unless Mak plans some kenduri doa selamat for my homecoming.

Among the gifts was a card signed by the staffs and I got teary eyed when I read them. I never knew, despite my garangness, my mood swings, my tempers, my screamings, my cengeness; almost all the staffs thank me for the guidance and patience (?). Some even said that I inspire them, I wonder, in what way. Another staff told me that I am her idol. Aduss! Sedeh banget nih!

I am not sure how many people from the office read this blog but I would like to thank all of them for an evening I will treasure for the rest of my life. I apologise for not thanking them properly that night and truly, truly appreciate what they have done for me. As for the gifts, I shall wear them on Eid Mubarak, insyaAllah. They were so pretty. You should not have gone through so much trouble. Yang berusaha, Mass, SQ, Tina, Ikin and the rests, again, thank you very very much. I hope our ukhwah will last a lifetime and not end here.

p/s the Indonesian workers are yet to say goodbye to me. They have been asking Shila for a time to come and see me and I have been playing hide-and-seek so far. I cannot push this away, I know. I have to face them and I am pretty sure there will be major meltdowns! Tissues please......

Tuesday, June 8, 2010

Of Blocked Nose and Laziness

Yes, you guessed it right. Its Tuesday again!

I woke up this morning with both nostrils blocked. I can't breath normally, only via the mouth and that makes the lips so dry. Haih!

Make myself breakfast of egg and white bread and then off to the office. Driving was a torture as I felt so sleepy and breathless all at the same time. Alhamdulillah, I reached the office about an hour later and just dropped on the sofa and went to sleep straightaway.

Felt better later and then laziness hit me!.. since this morning all I did is just browsing the net, play bejeweled blitz and chat with whoever that wants to chat with me ... that's all.

Truthfully, I cannot afford laziness right now. Time is too tight. I have a long list to complete before I leave this job. I want to write some more... but I am just too lazy to do so.

So, till next Tuesday unless I got rajin before that.

Friday, June 4, 2010

Hari Jumaat Yang Hujan

Antri dibawah ini adalah cetak rompak:-

BERDOA merupakan salah satu daripada elemen yang penting dalam kehidupan seorang muslim. Ia merupakan pengakuan hamba terhadap kekuasaan Allah yang mutlak terhadap segala yang berlaku, manakala dari segi yang lain pula ia adalah bentuk pengabdian seorang hamba kerana hadirnya perasaan berhajat kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Berdasarkan ini, doa mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah dan Allah menyukai orang yang berdoa kepadaNya. Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Dalam hadis yang lain pula, daripada Abdullah bin Mas‘ud Radhiallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Mohonlah kebaikan/kelebihan daripada Allah kerana sesungguhnya Allah suka diminta kebaikan/kelebihan dan sebaik-baik ibadah adalah menunggu kelapangan (terlepas daripada kesusahan).”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Doa adalah penggerak dalaman yang memberikan kekuatan, keyakinan, harapan dan keberkatan dalam apa jua amal perbuatan. Maka tidak hairan di dalam Islam setiap langkah sesuatu perbuatan, ada doa-doanya tertentu yang digalakkan supaya diamalkan sama ada sebelum memulakan sesuatu perbuatan ataupun selepas melakukannya.

Semua ini tidak lain, bagi menggalakkan orang-orang Islam agar sentiasa berdoa dan bagi menggambarkan bahawa berdoa itu adalah salah satu daripada keperluan yang penting di dalam mencari keberkatan, keredaan dan perlindungan Allah sepenuhnya pada mencapai segala apa yang dilakukan.

Sebab itu orang yang enggan berdoa bukan sahaja dia telah menutup bagi dirinya berbagai-bagai pintu kebaikan, malah dia juga akan mendapat kemurkaan daripada Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu yang maksudnya :

“Sesungguhnya orang yang tidak meminta (berdoa) kepada Allah, Dia (Allah) marah kepadanya.”

Kelebihan atau fadhilat doa itu amat besar dan banyak sekali. Melalui doa, keampunan dan rahmat diperolehi, dan melalui doa juga musibah dan kesusahan terhindar. Pendeknya, jika Allah menghendaki dan merestui doa hambanya, tiada ada satu daya kuasa pun yang dapat menghalangnya dan Allah tidak akan mensia-siakan keikhlasan orang yang berdoa.

Allah Ta‘ala berfirman di dalam surah Al- Baqarah ayat 186 yang tafsirnya :

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): “Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanKu (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik dan betul.”

Imam Al-Ghazali Rahimahullahu Ta‘ala berkata:

“Jika ada orang bertanya, apa manfaat doa itu padahal qada (ketentuan Allah) tidak dapat dihindarkan. Ketahuilah bahawa qada juga boleh menghindarkan suatu bala dengan berdoa. Maka doa adalah menjadi sebab bagi tertolaknya suatu bala bencana dan adanya rahmat Allah sebagaimana juga halnya bahawa perisai adalah menjadi sebab bagi terhindarnya seseorang daripada senjata dan air menjadi sebab bagi tumbuhnya tumbuh-tumbuhan di muka bumi.”

Perkara ini diperkuatkan lagi dengan firman Allah di dalam surah Ar-Ra‘d ayat 39 yang tafsirnya :

“Allah menghapuskan apa jua yang dikehendakiNya dan Dia juga menetapkan apa jua yang dikehendakiNya. Dan (ingatlah) pada sisiNya ada ibu segala suratan.”

Manakala daripada Salman Radhiallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :

“Tidak tertolak qada itu melainkan oleh doa dan tidak bertambah di dalam umur itu melainkan oleh kebajikan.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Dalam menghuraikan hadis di atas, pengarang kitab Bahr Al-Madzi membawakan masalah qadha mubram dan qadha mu‘allaq tentang makna kedua-dua jenis qadha itu dan hubungannya dengan doa: “(Kata ulama) Qadha Mubram itu ialah suatu yang ditentukan Allah di dalam ilmunya tiada boleh diubah dan tiada boleh ditukar akan dia dan Qadha Mu‘allaq itu seperti suatu perkara yang berta‘liq sekiranya engkau berdoa nescaya diperkenankan apa-apa doamu dan jika sekiranya engkau berbuat kebaktian dan silaturrahim nescaya dipanjangkan umurmu dan sekiranya tiada diperbuat kebaktian dan tiada berdoa, maka tiadalah diperkenankan dan ditambah umur menurut dan bertentang dengan barang yang di dalam ilmuNya. Maka qadha mu‘allaq itulah yang ditolak oleh doa.” (Lihat Bahr Al-Madzi 13-14/196)

Adapun kelebihan orang yang berdoa itu sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan daripada Salman Al-Farisi yang maksudnya :

“Sesungguhnya Allah itu Hidup dan Maha Pemberi, Dia malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya kepadaNya lalu Dia mengembalikan kedua tangannya (membalas doa orang itu) dalam keadaan kosong serta rugi.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Di dalam ayat dan hadis tersebut, jelas diterangkan bahawa apabila seorang hamba berdoa kepada Allah, nescaya Allah akan mengabulkan doanya dan tidak akan membiarkan doanya itu kosong sahaja.

Tetapi perlu diingat bahawa untuk mendapat doa yang dimakbulkan, adab-adab atau peraturan berdoa mestilah dipelihara oleh setiap orang yang berdoa. Jika seseorang memohon sesuatu kepada seorang raja, dia akan menjaga adab-adab dan peraturan-peraturannya dari berbagai-bagai segi, maka berdoa dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala tentulah lebih patut lagi dia menjaga adab dan tatacara berdoa agar doa yang dipanjatkan akan dimakbulkan.

Di antara tuntutan-tuntutan dan etika di dalam berdoa itu ialah:

1. Memelihara sumber rezeki seperti makanan, minuman dan pakaian daripada sumber yang haram sebagaimana diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu baik (suci bersih daripada segala kekurangan), Dia (Allah) tidak menerima kecuali yang baik (halal), dan Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul.” Maka Dia (Allah) berfirman: “Wahai para rasul makanlah dari benda-benda yang baik lagi halal dan kerjakanlah amal-amal salih; sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mu‘minun: 51) Dan Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah daripada benda-benda yang baik (halal) yang telah Kami berikan kepada kamu” (Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah menyebutkan berkenaan seorang lelaki yang melakukan perjalanan yang jauh, yang kusut rambutnya lagi berdebu, dia menadahkan tangannya ke langit sambil (berkata): “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku (berdoa), (padahal) makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram,bagaimana doanya itu hendak dimakbulkan?”
(Hadis riwayat Muslim)

2. Berwudhu dan memulakan serta mengakhiri doa dengan menyebut dan memuji-muji nama Allah serta memberi selawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Daripada Abu Musa Radhiallahu ‘anhu berkata yang maksudnya :

“Aku datang masuk ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang Baginda di atas katil yang ditenun dengan tali dan di atasnya hamparan. Tenunan tali pada katil itu membekas pada punggung dan kedua lambung Baginda, lalu aku memberitahu kepada Baginda akan berita kami dan berita Abu Amir (yang terbunuh di dalam peperangan Awthas) yang berkata (kepadaku): “Katakanlah kepada Nabi, mintakanlah keampunan untukku” Lalu Baginda minta diambilkan air maka Baginda pun berwudhu. Kemudian Baginda mengangkat kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah! Ampunilah Ubaid Abu Amir.”
(Hadis riwayat Bukhari)

Doa adalah zikir (mengingati) kepada Allah. Berdasarkan ini diriwayatkan daripada Muhajir Bin Qunfudz Radhiallahu ‘anhu yang maksudnya :

“Sesungguhnya dia (Muhajir bin Qunfudz) datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang Nabi membuang air kecil. Maka dia memberi salam kepada Baginda, maka tidak dijawab oleh Baginda sehinggalah Baginda berwudhu kemudian memberikan alasan kepadanya dengan bersabda: “Sesungguhnya aku benci menyebut nama Allah Azza wa Jalla kecuali aku di dalam keadaan bersih (daripada hadas kecil).”
(Hadis riwayat Abu Daud)

Adapun menyebut dan memuji-muji Allah terutama dengan nama-nama Al-Asma’ Al-Husna dan memberi selawat dan salam kepada Nabi, dijelaskan di dalam surah Al-A‘raf ayat 180 yang tafsirnya :

“Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu.”

Daripada Anas Radhiallahu ‘anhu berkata:

“Setiap doa itu terhalang sehinggalah diucapkan selawat ke atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(Hadis riwayat Ad-Dailami)

3. Berdoa dengan jalan bertawassul dengan amal saleh. Allah berfirman di dalam surah Al-Ma’idah ayat 35 yang tafsirnya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang boleh menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya).”

Manakala diriwayatkan daripada Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda maksudnya :

“Tiga orang keluar berjalan-jalan lalu mereka kehujanan, maka mereka masuk ke dalam sebuah gua yang terdapat di sebuah gunung. Lalu (apabila hendak keluar) mereka terhalang oleh satu batu besar. Nabi bersabda: “Lantas berkata sebahagian mereka (salah seorang) kepada yang lain: “Berdoalah kamu kepada Allah dengan amal salih yang paling baik yang telah kamu lakukan. Maka berdoa salah seorang daripada mereka: “Ya Allah! Sesungguhya aku mempunyai ibu bapa yang sangat tua. Dulu aku selalu keluar mengembala, kemudian aku datang untuk memerah susu, aku membawa air susu selanjutnya untuk aku berikan kepada ibu bapaku lalu keduanya minum, kemudian barulah aku beri minum anakku, keluargaku dan isteriku. Maka pada satu malam aku terhalang (memberi minum keduanya) kerana aku datang (membawa susu) sedang keduanya sedang tidur. Nabi menyabdakan kata orang itu: “Aku (benci) tidak suka untuk membangunkan keduanya walaupun anak-anak menggeliat-geliat kelaparan di kakiku. Maka begitulah keadaan kebiasaanku dan kebiasaan mereka berdua sehingga terbit fajar. Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku telah melakukan sedemikian itu kerana semata-semata untuk mendapatkan keredaanMu, maka bebaskanlah kami daripada kesusahan ini yang dari situ kami boleh melihat langit”. Nabi bersabda: “Lalu dibebaskanlah mereka (dengan bergerak satu pertiga batu besar itu). Berdoa seorang lagi yang lain: “Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku dulu pernah mencintai seorang perempuan iaitu salah seorang anak perempuan bapa saudaraku sebagaimana cinta yang mendalam seorang lelaki kepada seorang perempuan. Perempuan itu mengatakan: “Engkau tidak akan memperoleh sedemikian itu daripadanya sehingga engkau memberinya seratus dinar” Lalu aku berusaha sehingga aku berhasil mengumpulkannya (wang sebanyak itu), maka ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia (wanita itu) berkata: “Bertakwalah engkau kepada Allah dan janganlah engkau merosakkan mahkota kegadisan kecuali dengan haknya”. Lalu aku berdiri dan meninggalkannya, maka jika engkau mengetahui bahawa aku melakukan sedemikian itu kerana semata-mata mengharapkan keredaanMu, maka bebaskanlah kami daripada kesusahan ini”. Nabi bersabda: “Maka Allah membebaskan mereka (dengan bergerak batu itu) dua pertiga”. Berdoa pula seorang yang lain: “Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku mengupah seorang pekerja dengan beberapa cupak gandum lalu aku memberinya dan dia menolak untuk mengambil (upahnya). Lalu aku senghaja mengambil dari beberapa cupak gandum itu lalu aku tanam sehingga aku belikan daripada hasilnya seekor lembu dan pengembalanya, kemudian dia datang seraya berkata: “Wahai Hamba Allah! Berikan (kepadaku) hak saya”. Maka aku berkata: “Pergilah engkau kepada lembu itu dan pengembalanya, sesungguhnya itu adalah milikmu”. Pekerja itu berkata: “Adakah engkau menghinaku?” Aku menjawab: “Aku tidak menghinamu tetapi memang lembu itu benar-benar milikmu.” Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku melakukan hal sedemikian itu kerana semata-mata mendapatkan keredaanMu maka bebaskanlah kami”. Maka dibebaskanlah (musibah) itu daripada mereka.”
(Hadis riwayat Bukhari)

4. Berdoa menghadap ke kiblat dan mengangkat dua tangan sekira-kira nampak putih ketiak dan menyapu kedua tapak tangan ke muka setelah selesai. Daripada ‘Abbad bin Tamim Al-Mazini bahawa ia mendegar bapa saudaranya berkata maksudnya :

“Pada satu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pergi keluar memohon dikurniakan hujan. Maka Baginda membelakangi orang sambil berdoa mengadap kiblat dan membalikkan selendangnya, kemudian baginda bersembahyang dua rakaat.”
(Hadis riwayat Muslim)

Daripada Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu itu ada kemuliaan dan sesungguhnya semulia-mulia majlis ialah majlis yang dihadapkan ke kiblat.”
(Hadis riwayat Ath-Thabarani dan Al-Hakim)

Diriwayatkan pula daripada Anas Radhiallahu ‘anhu berkata maksudnya :

“Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangannya sewaktu berdoa sehingga ternampak putih kedua ketiaknya.”
(Hadis riwayat Muslim)

Daripada Umar bin Al-Khatthab Radhiallahu ‘anhu berkata maksudnya :

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila Baginda mengangkat kedua tangannya sewaktu berdoa, Baginda tidak akan menurunkan keduanya sehinggalah Baginda menyapukan keduanya ke mukanya.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

5. Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan merasa penuh yakin akan diperkenankan. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu maksudnya :

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin diperkenankan dan ketahuilah Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai serta tidak sungguh-sungguh.”

6. Berdoa disertai dengan kerendahan hati, khusyuk dengan jiwa yang tulus ikhlas,merendahkan suara di antara berbisik dan nyaring dan diiringi dengan perasaan takut azab Allah dan penuh harapan dengan limpah kurniaNya. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman di dalam surah Al-A‘raf ayat 55 tafsirnya :

“Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara) perlahan-lahan.”

Perkara ini ditekankan juga oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sabdanya yang diriwayatkan daripada Abu Musa Al-Asy‘ari Radhiallahu ‘anhu maksudnya :

“Wahai Manusia! Berlembutlah kamu terhadap diri kamu sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak juga yang ghaib, sesungguhnya Dia bersama kamu. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat yang berkat namaNya dan tinggi kebesaranNya.”
(Hadis riwayat Bukhari)

Di dalam surah Al-Anbiya’ ayat 90, Allah berfirman maksudnya :

“Sesungguhnya mereka sentiasa berlumba-lumba dalam mengerjakan kebaikan, dan sentiasa berdoa kepada Kami dengan penuh harapan serta gerun takut dan mereka pula sentiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami.”

7. Tidak berdoa dengan sesuatu yang tidak selayaknya seperti perkara yang tidak munasabah dan mustahil. Maka oleh kerana itu adalah lebih utama berdoa dengan doa-doa yang ma’tsur yang datang daripada Al-Quran dan Sunnah dan para sahabat. Di samping doa-doa tersebut jauh daripada permohonan yang tidak selayaknya, doa-doa tersebut bersifat umum, menyeluruh dan padat. Daripada Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata maksudnya :

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai doa yang menyeluruh maknanya dan dia tinggalkan selain daripada itu.”
(Hadis riwayat Abu Daud)

Oleh kerana itu doa yang paling banyak Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam baca sebagaimana yang diriwayatkan daripada Anas Radhiallahu ‘anhu berkata maksudnya :

“Adalah doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terbanyak sekali (Baginda baca ialah): “Ya Allah! Ya Tuhan kami! Kurniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharakanlah kami daripada azab api neraka.”
(Hadis riwayat Bukhari)

8. Berterusan berdoa dan mengulang-ngulang doa sebanyak tiga kali dan tidak berputus asa serta tergesa-gesa menganggap doa tidak diperkabulkan. Diriwayatkan daripada Aisyah Radhiallahu ‘anha daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah Ta‘ala menyukai orang-orang yang mengulang-ngulang di dalam berdoa.”
(Hadis riwayat Baihaqi)

Daripada Abdullah bin Mas‘ud Radhiallahu ‘anhu berkata yang maksudnya :

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyenangi supaya seseorang itu berdoa tiga-tiga kali dan beristighfar tiga-tiga kali.”
(Hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad)

Manakala daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Dikabulkan (doa) salah seorang daripada kamu selama dia tidak tergesa-gesa iaitu dengan berkata: “Aku sudah berdoa (tetapi) tidak dikabulkan.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Tersebut di dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah ‘ala Al-Adzkar An-Nawawiyah, Makki menyebutkan bahawa jarak masa doa Nabi Zakaria ‘Alaihissalam memohon dikurniakan zuriat dengan berita gembira adalah 40 tahun. Begitu juga sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu ‘Athiyyah daripada Ibnu Jarir, Muhammad bin Ali dan Adh-Dhahhak bahawa doa Nabi Musa ‘Alaihissalam kepada Firaun tidak diperkenankan melainkan setelah 40 tahun berlalu.

Sesungguhnya kadang-kadang doa belum diperkenankan kerana doa itu menjadi pahala yang disimpan di akhirat nanti dan adakalanya menjadi sebab dipalingkan seseorang itu daripada sesuatu keburukan dengan sebab doanya itu. Oleh itu adalah lebih baik terus menerus berdoa daripada merungut-rungut doa tidak dikabulkan. Daripada Abu Sa‘id Al-Khudri berkata sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Tiada seorang muslim berdoa dengan satu doa, bukan doa yang mengandungi dosa dan bukan doa yang memutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengurniakan dengan doanya itu salah satu daripada tiga perkara: sama ada dipercepatkan (disegerakan) baginya doanya itu, atau disimpan baginya pahala doanya itu di akhirat (sebagai balasan), atau dihindarkan daripadanya sesuatu keburukan seumpamanya. Mereka berkata: “Kalau begitu baiklah kami memperbanyakkan doa”. Bersabda Nabi: “Allah lebih banyak menerima doa hamba-hambanya.”
(Hadis riwayat Ahmad)

9. Memilih dan mengutamakan waktu-waktu dan tempat-tempat atau ketika dimana doa mudah dan cepat dikabulkan. Di antaranya ialah:

  • Di satu pertiga akhir waktu malam dan selepas menunaikan sembahyang fardu. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Tuhan kami Tabaraka wa Ta‘ala turun tiap-tiap malam ke langit dunia ketika tinggal satu pertiga akhir waktu malam berfirman: “Barangsiapa yang berdoa kepadaKu maka Aku akan mengabulkannya baginya, barangsiapa meminta kepadaKu maka Aku akan memberinya, barangsiapa memohon keampunanKu maka Aku mengampuninya.”
(Hadis riwayat Bukhari)

Diriwayatkan daripada Abu Umamah Radhiallahu ‘anhu berkata, telah ditanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :

“Doa apakah yang lebih didengar (dikabulkan)?” Nabi bersabda: “(Doa tatkala) satu pertiga terakhir malam dan sesudah sembahyang fardu.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

  • Malam Lailatulqadar. Firman Allah di dalam surah Al-Qadr ayat 3-5 yang tafsirnya :

“Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun berikut). Sejahteralah malam (yang berkat itu) hingga terbit fajar.”

Manakala diriwayatkan daripada Sayyidatina Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata yang maksudnya:

“Aku berkata: “Wahai Rasulullah! Apa pendapatmu (katamu) jika aku mengetahui malam Lailatulqadar daripada mana-mana malam, apa yang hendak aku baca pada malam itu?” Nabi bersabda: “Engkau bacalah Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, suka mengampuni maka ampunilah aku.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

  • Hari Arafah. Diriwayatkan daripada ‘Amr bin Syuaib daripada bapanya daripada neneknya sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Sebaik-sebaik doa ialah doa pada hari Arafah dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan ialah tiada tuhan melainkan Allah yang tunggal yang tiada sekutu bagiNya. BagiNya kekuasaan dan bagiNya puji-pujian dan Dia Maha Berkuasa ke atas tiap-tiap sesuatu.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

  • Bulan Ramadhan. Ini adalah kerana bulan Ramadan ialah bulan yang agung, bulan yang mulia lagi berkat serta dibukakan pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Sesungguhnya telah datang kepada kamu Bulan Ramadan bulan yang diberkati, Allah memfardukan kepada kamu berpuasa di dalamnya. Dalam bulan Ramadan dibuka pintu-pintu syurga dan dikunci pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan.”
(Hadis riwayat Ahmad)

Tambahan lagi orang yang berpuasa itu tidak ditolak sebagaimana yang yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya:

“Tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka: Orang yang berpuasa sehinggalah dia berbuka, imam (pemerintah) yang adil dan doa orang yang dizalimi.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

  • Hari dan malam Jumaat. Daripada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir berkata, telah bersabda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :

“Sesungguhnya hari Jumaat itu adalah penghulu segala hari dan hari yang paling agung di sisi Allah dan ia (hari Jumaat) adalah lebih agung di sisi Allah dari Hari Raya Adha dan Hari Raya Fitri. Pada hari Jumaat itu terdapat lima peristiwa penting. (Iaitu) Allah mencipta Nabi Adam, Allah menurunkan Nabi Adam ke bumi, Allah mewafatkan Nabi Adam, pada hari itu ada satu waktu, bila seorang hamba memohon kepada Allah pasti Allah mengurniakannya selama mana dia tidak meminta yang haram dan pada hari itu juga terjadinya Hari Kiamat. Tiada satu malaikat Muqarrib, tidak juga langit, bumi, angin, gunung, dan lautan kecuali mereka itu merasa takut akan hari Jumaat.”
(Hadis riwayat Ibnu Majah)

Diriwayatkan pula daripada Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Apabila malam Jumaat, jika engkau berdaya bangun pada satu pertiga malam yang akhir, maka sesungguhnya padanya ada satu waktu yang dipersaksikan (oleh Allah dan para malaikat) dan doa pada waktu itu mustajab.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

  • Di antara azan dan iqamah. Daripada Anas bin Malik berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Doa di antara azan dan iqamah tidak akan ditolak. Berkata para sahabat: “Maka apa yang patut kami katakan wahai Rasulullah (ketika itu)?” Nabi bersabda: “Pohonlah kepada Allah keafiatan di dunia dan di akhirat.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

  • Ketika berhadapan dengan musuh di dalam peperangan. Diriwayatkan daripada Sahl bin Sa‘d As-Sa‘idi bahawasanya dia berkata yang maksudnya :

“Dua masa dibukakan keduannya pintu-pintu langit dan sedikit sekali doa orang yang berdoa ditolak; ketika panggilan untuk mendirikan sembahyang dan berhadapan dengan musuh dalam peperangan.”
(Hadis riwayat Malik)

  • Ketika sujud di dalam sembahyang. Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Sehampir-hampir seorang hamba kepada Tuhannya adalah (ketika) dia sujud, maka kamu perbanyakkanlah doa.”
(Hadis riwayat Muslim An-Nasa’i, Abu Daud dan Ahmad)

  • Ketika mendengar kokokan ayam. Ini adalah berdasarkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya:

“Apabila kamu mendengar kokokan ayam maka mohonlah kepada Allah daripada kelebihanNya, sesungguhnya ayam itu telah melihat malaikat dan apabila kamu mendengar pekikan suara keldai maka mohonlah perlindungan dengan Allah daripada syaitan, sesungguhnya keldai itu telah melihat syaitan.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Adapun sebab digalakkan berdoa pada waktu itu, adalah bagi mengharapkan pengaminan malaikat kepada doa yang dibacakan dan permohonan keampunan mereka kepada orang yang berdoa dan persaksian mereka terhadap keikhlasan orang yang berdoa. (Lihat Fath Al-Bari 6/508 dan Syarh Shahih Muslim 9/41)

Oleh kerana itu juga ketika mengucapkan amin pada surah Al-Fatihah di dalam sembahyang adalah saat dimakbulkan doa kerana para malaikat turut juga mengaminkan pada ketika itu berdasarkan riwayat daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Apabila imam mengucapkan amin maka hendaklah kamu mengucapkan amin, sesungguhnya sesiapa yang bertepatan aminnya dengan amin malaikat nescaya diampuni baginya apa yang terdahulu daripada dosanya.”
(Hadis riwayat Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

  • Ketika waktu hujan. Diriwayatkan daripada Sahl bin Sa‘d berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Dua ketika (di mana doa) tidak ditolak atau sedikit sekali yang ditolak: (iaitu) berdoa ketika azan dan ketika pertempuran sedang berkecamuk (dan dalam satu riwayat mengatakan) dan ketika hujan.”
(Hadis riwayat Abu Daud)

  • Ketika meminum air zam zam. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Air Zamzam itu menurut kehendak tujuan meminumnya. Jika engkau meminumnya untuk memohonkan kesembuhan dengannya nescaya Allah akan menyembuhkanmu dan jika engkau meminumnya untuk memohon perlindungan nescaya Allah akan melindungimu dan jika engkau meminumnya bagi melepaskan rasa dahagamu nescaya Allah akan melepaskannya dan jika engkau meminumnya bagi kekenyanganmu nescaya Allah akan mengenyangkanmu, ia (air Zamzam) itu adalah lekukan daripada pukulan malaikat Jibril dan minuman Nabi Ismail.”
(Hadis riwayat Ad-Daraquthni dan Al-Hakim)

  • Ketika membaca Al-Quran terutama apabila khatam. Diriwayatkan daripada ‘Imran bin Hushain berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Barangsiapa yang membaca Al-Quran maka bermohonlah (berdoa) kepada Allah dengan Al-Quran, sesungguhnya akan datang suatu kaum yang membaca Al-Quran meminta (upah dan sedekah) kepada manusia dengan membacanya.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Diriwayatkan pula daripada Mujahid Radhiallahu ‘anhu berkata yang maksudnya :

“Telah diutus seseorang kepadaku dan dia berkata: “Sesungguhnya kami menjemputmu kerana kami hendak mengkhatam Al-Quran dan sesungguhnya telah sampai kepada kami bahawa doa diperkabulkan ketika mengkhatam Al-Quran. Berkata Mujahid: “Maka mereka berdoa dengan beberapa doa (ketika khatam Al-Quran).”
(Riwayat Ad-Darimi)

  • Di tempat-tempat yang mulia kerana keberkatannya dan kemuliaan yang dikurniakan oleh Allah seperti di Masjidilharam, Masjid An-Nabawi dan Masjid Al-Aqsa. Para ulama berpendapat bahawa berdoa di tempat-tempat ini adalah mustajab kerana melihat kepada keberkatan dan kemuliaannya di samping rahmat Allah yang luas di tempat-tempat tersebut. Diriwayatkan daripada Abu Darda’ Radhiallahu ‘anhu daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Satu kali sembahyang di Masjidilharam adalah menyamai dengan seratus ribu kali sembahyang, dan satu kali sembahyang di masjidku (Masjid An-Nabawi) menyamai dengan seribu kali sembahyang, dan satu kali sembahyang di Baitulmaqdis menyamai dengan lima ratus kali sembahyang.”
(Hadis riwayat Ath-Thabarani)

Tuntutan dan etika di dalam berdoa, bukan hanya menghendaki kita berdoa untuk diri sendiri, akan tetapi ia juga menghendaki kita mendoakan untuk orang lain terutama kepada ibu bapa, zuriat keturunan, ahli keluarga, saudara mara, muslimin dan muslimat sama ada yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Doa yang seumpama ini banyak tersebut di dalam Al-Qur’an. Di antaranya ialah doa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam di dalam surah Ibrahim ayat 41 yang tafsirnya :

“Wahai Tuhan kami! Berilah keampunan bagiku dan bagi kedua ibu bapaku serta bagi orang-orang yang beriman, pada masa berlakunya hitungan amal dan pembalasan.”

Ibu bapa adalah orang yang terutama sekali untuk didoakan oleh anak-anak sebagai membalas jasa keduanya memelihara dan mendidik di waktu kecil. Anjuran ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam surah Al-Isra’ ayat 24 yang tafsirnya :

“Dan doakanlah (untuk mereka dengan berkata): “Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua (ibu bapaku) sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil.”

Sesungguhnya doa anak-anak kepada kedua ibu bapa adalah besar manfaatnya, lebih-lebih lagi apabila keduanya telah meninggal dunia. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Apabila seseorang meninggal dunia, terputus amalnya daripadanya melainkan daripada tiga (sumber); daripada sedekah jariah atau ilmu yang dimanfaatkan atau anak salih yang mendoakannya.”
(Hadis riwayat Muslim)

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mengangkat darjat seseorang hamba yang salih di dalam syurga, maka dia berkata: “Wahai Tuhanku! Dari mana saya memperoleh darjat ini?” Allah menjawab: “(Ianya) daripada doa permohonan keampunan yang dilakukan oleh anakmu.”
(Hadis riwayat Ahmad)

Sebagaimana anak-anak dianjurkan berdoa untuk kedua ibu bapa, begitu juga ibu bapa adalah dianjurkan supaya mendoakan anak-anak mereka sebagaimana Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam berdoa untuk anaknya yang tersebut di dalam surah Ash-Shaffat ayat 100 yang tafsirnya :

“Wahai Tuhanku! Kurniakanlah kepadaku anak yang tergolong daripada orang-orang yang salih.”

Mendoakan orang lain lebih-lebih lagi orang yang tiada hadir dan tanpa pengetahuannya adalah lebih cepat dan mudah dikabulkan sebagaimana yang diriwayatkan daripada Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash berkata, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Doa yang paling cepat diterima ialah doa seseorang bagi seseorang yang lain yang tidak hadir.”
(Hadis riwayat Abu Daud)

Manakala daripada Ummu Ad-Darda’ berkata, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :

“Doa seorang muslim bagi saudaranya yang tidak hadir adalah mustajab. Di sisi kepalanya ada malaikat yang diwakilkan setiap kali dia berdoa bagi saudaranya itu. Malaikat yang diwakilkan itu pula berkata: “Amin, dan bagimu seumpama (yang didoakan).”
(Hadis riwayat Muslim)

Imam Nawawi Rahimahullah Ta‘ala berkata bahawa doa yang semacam ini mustajab kerana keikhlasan orang yang mendoakan itu. Setengah ulama salaf apabila mereka hendak berdoa untuk diri mereka sendiri, mereka akan mendoakan juga saudara mereka yang muslim dengan doa yang seumpamanya kerana cara doa seperti ini adalah mustajab, di samping mereka juga akan mendapat seumpama apa yang mereka doakan bagi saudara mereka yang muslim itu. (lihat Syarh Shahih Muslim 9/44)

Oleh kerana itu juga, adalah disunatkan meminta agar didoakan oleh orang-orang yang mempunyai kelebihan seperti orang-orang salih sekalipun dia (orang yang meminta didoakan itu) mempunyai kedudukan yang lebih baik daripada orang tersebut (orang yang diminta supaya mendoakan), berdasarkan riwayat daripada Ibnu Umar daripada Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu yang maksudnya :

“Sesungguhnya dia (Umar) meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan umrah. Lalu Nabi bersabda: “Wahai saudaraku! Sertakan kami di dalam doamu dan jangan engkau melupakan (untuk mendoakan) kami.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Dari itu janganlah berdoa untuk diri sendiri sahaja, berdoalah untuk orang lain juga hatta kepada orang yang bukan berugama Islam sekalipun, tetapi dengan syarat bukan doa yang berbentuk permohonan keampunan bagi mereka, kerana ianya dilarang sebagaimana firman Allah di dalam surah At-Taubah ayat 113 yang tafsirnya :

“Tidaklah dibenarkan bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, meminta ampun bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang itu kaum kerabat sendiri, sesudah nyata bagi mereka bahawa orang-orang musyrik itu adalah ahli neraka.”

Doa yang diharuskan kepada orang yang bukan Islam ialah doa agar mereka mendapat hidayat, sihat tubuh badan dan seumpamanya yang layak disebutkan untuk orang yang bukan Islam sebagaimana diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata yang maksudnya :

“Thufail bin ‘Amr datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kabilah Daus telah menderhaka dan enggan (menerima Islam), mohonlah (berdoalah) kepada Allah agar keburukan ke atas mereka” Orang-orang menyangka bahawa Baginda akan berdoa memohon sesuatu keburukan ke atas mereka (kabilah Daus). Maka Baginda bersabda: “Ya Allah! Berikanlah hidayat kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka sebagai orang-orang Islam.”
(Hadis riwayat Bukhari)

Selain daripada itu juga yang berhubung dengan doa, setiap orang Islam hendaklah menghindari daripada menzalimi dan menganiayai orang lain sekalipun kepada orang yang berbuat maksiat kerana doa orang yang dizalimi itu adalah sangat mustajab sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Mu‘az bin Jabal ketika Baginda mengutusnya ke Yaman yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma yang maksudnya :

“Dan takutlah engkau akan doa orang yang dizalimi, sesungguhnya (doa orang yang dizalimi itu) tidak ada di antaranya dan di antara Allah pendinding.”
(Hadis riwayat Bukhari)

Diriwayatkan pula daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :

“Doa orang yang dizalimi itu adalah mustajab, sekalipun dia adalah seorang yang berbuat maksiat, kerana kemaksiatannya itu adalah tertanggung ke atas dirinya sendiri.”
(Hadis riwayat Ahmad)

Akhirnya sebagai penutup, setiap orang Islam hendaklah memperbanyakkan doa. Berdoa adalah menunjukkan akan ingatan kepada Allah Yang Maha Berkuasa. Mengingat Allah hendaklah dilakukan di setiap masa sama ada di waktu senang atau susah. Begitulah juga dengan amalan dalam berdoa hendaklah dilakukan di setiap masa lebih-lebih lagi di waktu senang dan mewah, dengan itu apabila di waktu susah doa akan mudah diperkenankan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallah ‘anhu yang maksudnya:

“Barangsiapa suka supaya dikabulkan doanya oleh Allah di waktu kesulitan dan kesusahan, maka hendaklah dia memperbanyakkan doa di waktu senang.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)

Sumber: Brunei Darussalam Mufti’s Office

Tuesday, June 1, 2010

Its the final countdown, finally!

Today is 1st June 2010 which to Maknjang means:-

1 month to semi retirement... ooooh I can't wait!
1 month to 44 years old... yikes!
10 days to World Cup... should I care?

Enough of the countdown, pagi ini Maknjang nak tulis lah apa yang Maknjang dengar on the radio recently :-

  • Manusia Yang Berjaya adalah manusia yang hari ininya adalah lebih baik dari kelmarin
  • Manusia Yang Terpedaya adalah manusia yang hari ininya sama seperti kelmarin
  • Manusia Yang Celaka adalah manusia yang hari ininya lebih buruk dari kelmarin
  • Orang yang beriman melihat dosanya seolah-olah dia duduk dibawah sebuah gunung yang akan menghempapnya manakala orang-orang yang derhaka melihat dosanya seperti seekor lalat yang hinggap dihidungnya, apabila dihalau dengan tangannya akan terbang pergi.
Sebelum Maknjang akhiri antri Maknjang kali ini, marilah kita berdoa pada Allah swt untuk menyelamatkan saudara-saudara kita yang menggadai nyawa didalam misi kemanusiaan ke Gaza. Semoga Allah jadikan mati mereka yang terkorban sebagai mati syahid. Yahudi LaknatuLLah!!!!!